- Back to Home »
- PENGALAMAN
Posted by : Titania
Kamis, 24 Oktober 2013
Sastra Indonesia Bu Dini
oleh: ST (siti) Titania Ayu A.P
Pengalaman Pribadi
Dikejar Anjing Berturut-turut
Bukan sekolah
namanya kalau waktu pulang matahari masih di atas kepala, mungkin sedikit
kebarat atau dihalangi awan abu-abu.
Untunglah tidak separah kota metropolitan, bisa jadi peluh yang mengalir
lebih deras dari ini. Capek, lelah, letih, lesu, mungkin belum cukup
menggambarkan bagaimana tubuhku saat ini. Satu kalimat saja, aku mau pulang.
Diperjalanan
pulang, dari kejauhan aku melihat seekor anak kucing yang terkapar tidak
berdaya. Kasihan sekali kucing itu. Aku pun berniat ingin menolongnya namun
tiba-tiba saja aku berbalik arah menuju semak-semak. Bukan pingsan, tetapi
bersembunyi. Tiba-tiba datang seekor anjing yang cukup besar kearah kucing itu.
Itulah mengapa aku bersembunyi, ya aku takut anjing.
Entah apa yang anjing itu lakukan, yang pasti
aku tidak akan menampakkan diri. Lima menit, sepuluh menit berlalu. ‘bisa-bisa aku gak pulang hari ini’pikirku.
Dengan niat ingin pulang, kuberanikan diriku mengintip hewan yang ada didepanku
tadi. ‘Loh, anjingnya kok ilang?’
Huh. . Syukurlah. .
Setelah menengok ke kanan dan ke kiri
layaknya menyebrang jalan, aku berjalan ke kucing lemah itu.
“Kasian sekali, jangan-jangan dia ini korban anjing aneh
itu!?”
Aneh? Iya aneh.
Kenapa anjing bisa dengan bebas berkeliaran disekitar sini? Lupakan, sekarang
aku harus menolong anak kucing ini. Tapi bagaimana? Apa kubawa pulang? Atau. .
.
GUK!
Pikiranku buyar
seketika. Suara lantang dari seekor hewan yang lumayan aku takuti tiba-tiba
membuatku jadi merinding. Sekarang aku bingung, bagaimana cara menyelamatkan
diriku? Itu yang kupikirkan. Aha! Sekarang bukan waktunya ujian yang masih
diberi toleran waktu, jadi aku harus. . LARII!!
Aku berlari
dengan sisa tenagaku, secepat mungkin. Karena suara ‘guk!’ itu terus saja
terdengar bahkan semakin dekat. Ya Allah, tolong! Maafkan hambamu yang tidak
sempat menyelamatkan kucing itu, bahkan untuk menyelamatkan diri hamba sendiri
sudah tidak mungkin. Ternyata tidak demikian, pintu rumah yang biasanya
tertutup, kini terbuka lebar-lebar.
BRAK!
Kubanting pintu
rumah dengan cukup keras. Alhamdulillah Alhamdulillah. . . aku selamat.
Esok hari, aku
berangkat, ke sekolah tentunya. Kini aku bersepeda dengan teman-temanku. Tidak
banyak, hanya tiga. Sangat menyenangkan ketika pagi hari kami berbincang
bersama. Tiba di persimpangn jalan, kami melihat seekor anjing di depan sebuah
rumah. Awalnya aku merinding, tapi mengingat aku mengendarai sepeda, jadi
santai saja.
Belum lama aku
tenang, temanku dengan jahilnya menirukan suara hewan yang menggonggong itu.
“guk..guk..” Anjing yang sedang tidur itu sama sekali tak menggubris suara dari
temanku. Kami pun tertawa, tiba-tiba. . .
GUK! GUK!!
Anjing liar
lain? Apa-apaan ini? Dan sekarang kami dikejar!!
Uwaaaa.......
Kami sama-sama
berlomba mengayuh sepeda sampai-sampai aku merasakan sepatu yang kupakai hampir
terlepas. Kami benar-benar panik. Kalau memang lepas yasudah, ke sekolah gak
pakai sepatu yasudah.. pikirku pasrah, tak lupa mengayuh sepeda dengan
cepat.
“MBAAKK!! MBAAK!! Tungguin aku!! Kecepatannya cuma segini!!!”
teriak adik kelasku yang mengayuh sepeda dibelakangku. Aku menoleh sebentar ke
belakang. Adik kelasku itu semakin jauh dariku dan semakin dekat dengan anjing
itu. Aku tertawa, kasihan sebenarnya tapi mau bagaimana lagi.
“Ayo. . .Ayoo. . . Ayo Shel!! Hati-hati!!” teriakku dengan
tertawa ,namun, perasaan panik tidak menghilang dariku. Sekilas aku melihat
bayangan lain yang mengejar kami dari ekor mataku. Samar-samar sampai. .
“GUK!!” “GUKK!” “GUKK!”
Suara anjing
bersaut-sautan mengejar kami. Oh tidak! Anjing yang tidak peka tadi ikut
mengejar kami?!
“Aaaa!!!”
Kami semakin
berteriak dan mengayuh sepeda lebih cepat diantara lapangan yang kami lewati.
Bertambahlah gema di pagi hari oleh kami dan anjing-anjing menyebalkan itu.
“Sepatuku!!”
“MBAAK!!”
“Waaa!!”
“MBAAAKKK!!”
“HAHAHAHA Waaaa!!”
Panik dan lucu jadi satu deh.
Sapphire Blue

Everlasting Friend
Posting Komentar